TUGAS KONSEP TEKNOLOGI
NAMA :
PUJI
YITNO PURWANTO (06.2011.1.05847)
ERICK
BILARDO (06.2011.1.05888)
AHMAD
NA’IM ROMDONI (06.2011.1.05896)
M.
NOVIANTO NUR H (06.2011.1.05891)
ANDIK
PRAYOGO (06.2011.1.05864)
NANA
BUANA LESTARI (06.2011.1.05871)
S.
NURUL HIDAYATI (06.2011.1.05893)
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI
TAMA SURABAYA
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
2011
PRAKATA
Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada kami, shalawat serta
salam semoga tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW, keluarga dan segenap
sahabat – sahabatnya, hingga akhir jaman, Amin.
Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan
makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak , baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung Alhamdulillah kami dapat
menyelesaikannya. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, dorongan dan do’a, semoga Allah membalas amal baik
yang telah dilakukan umat-Nya atas sesama.Amin.
Dalam proses pembuatan makalah ini,
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Choiriyah selaku dosen dalam
mata kuliah Konsep
Teknologi.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
yang budiman demi kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 20 Desember 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Air bersih
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai
sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap
daerah berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang
terdapat di daerah tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah dan
berawa seperti di Sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air
bersih untuk keperluan rumah tangga, terutama air minum. Hal ini karena sumber
air di daerah tersebut adalah air gambut yang berdasarkan parameter baku mutu
air tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih.
Air gambut
mengandung senyawa organik terlarut yang menyebabkan air menjadi berwarna coklat
dan bersifat asam, sehingga perlu pengolahan khusus sebelum siap untuk
dikonsumsi. Senyawa organik tersebut adalah asam humus yang terdiri dari asam
humat, asam fulvat dan humin. Asam humus adalah senyawa organik dengan berat
molekul tinggi dan berwarna coklat sampai kehitaman, terbentuk karena
pembusukan tanaman dan hewan, sangat tahan terhadap mikroorganisme dalam waktu
yang cukup lama (Notodarmojo, 1994).
Air gambut
di Indonesia merupakan salah satu sumber daya air yang masih melimpah, kajian
pusat Sumber Daya Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan
bahwa sampai tahun 2006 sumber daya lahan gambut di Indonesia mencakup luas 26
juta ha yang tersebar di pulau kalimantan (± 50 %), Sumatera (± 40 %) sedangkan
sisanya tersebar di papua dan pulau-pulau lainnya. Dan untuk lahan gambut
Indonesia menempati posisi ke – 4 terluas setelah Canada, Rusia dan Amerika
Serikat (Tjahjono, 2007).
Berdasarkan
data di atas, air gambut di Indonesia secara kuantitatif sangat potensial untuk
dikelola sebagai sumber daya air yang dapat diolah menjadi air bersih atau air
minum. Namun secara kualitatif penggunaan air gambut masih banyak mengalami
kendala. Beberapa kendala penggunaannya sebagai air bersih adalah warna,
tingkat kekeruhan, dan zat organik yang tinggi sehingga sangat tidak layak
untuk digunakan sebagai air bersih.
Dalam makalah
ini menjelaskan cara menjaga lingkungan sekitar kita tetap terjaga, sehinggga
kelangsungan hidup umat manusia juga akan tetap terjaga. Demi kehidupan yang
lebih baik di masa mendatang.
1.2. Tujuan
Secara umum inti dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.
Pembaca dapat mengetahui inti dari air itu sendiri.
2.
Pembaca dapat mengetahui dampak jika ketersedian air
mulai berkurang.
3.
Pembaca dapat mengetahui cara-cara menjaga lingkungan
dan solusinya jika ketersedian air mulai berkurang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi Air dan Pengertian Air Bersih
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini dibumi, tetapi tidak diplanet lain.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik
(330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air
asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan
tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, danau, uap air, dan lautan
es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu:
melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff,
meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat dipermukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut.
Baik kualitas maupun kuantitas air harus dapat memenuhi kebutuhan kita, sebagian
besar tanah air kita curah hujannya cukup tinggi. Oleh sebab itu dari segi
kuantitas dibanyak tempat di negara kita air tidak menjadi masalah, apalagi
jika kita dapat mengelolanya dengan baik. Akan tetapi dari segi kualitas, air
bersih kita semakin memperihatinkan.
Sebenarnya apa itu air bersih? Air bersih dapat diartikan air yang memenuhi
persyaratan untuk pengairan sawah, untuk treatment air minum dan untuk treatmen
air sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari persyaratan kandungan kimia,
fisika dan biologis. Atau memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Secara
Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.
2) Secara
Fisik: Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
3) Secara
Kimia:
·
PH netral (bukan asam/basa)
·
Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya.
·
Parameter-parameter seperti BOD, COD, DO, TS, TSS dan
konductiviti memenuhi aturan pemerintah setempat.
Adapun parameter air dapat dikatakan bersih antara
lain:
1) Kesadahan
(Hardness)
Kesadahan
merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan
sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan
terbentuk busa. Kesadahan sangat penting artinya bagi para akuaris karena
kesadahan merupakan salah satu petunjuk kualitas air yang diperlukan bagi ikan.
Tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain,
setiap jenis ikan memerlukan prasarat nilai kesadahan pada selang tertentu
untuk hidupnya. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting
dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH.
2)
Alkalinitas
Alkalinitas
secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir
kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran
yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap
tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut didalam air
akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan
pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat
(CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut
sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut
sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang
baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.
3) Kapasitas
pem-buffer-an
Alam
diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan
terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH
terhadap berbagai perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH.
Pertahanan
pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sbb:
CO2 + H2O
H2CO3 H+ + HCO3- CO3– + 2H+
CO3
(karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air. Sedangkan H(+)
merupakan sumber kemasaman.
Mekanisme
diatas merupakan reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan
(menghasilkan H+) atau ke arah kiri (menghasilkan CO2). Oleh karena itu,
apabila seseorang mencoba menurunkan pH dengan memberikan “asam-asaman” artinya
menambahkan H+ saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas). H+ tersebut
akan segera diikat oleh CO3 dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO2, (CO2
ini akhirnya bisa lolos ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan, pH akan
terukur rendah, tapi setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai
bergerak ke kiri,pH akan kembali bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam,
dan karena itu pula kita masih bisa menemukan ikan di alam sampai saat
sekarang. Dengan demikian penurunan pH tidak akan efektif kalau hanya dilakukan
dengan penambahan asam saja. Untuk itu, cobalah pula usahakan untuk menurunkan
alkalinitasnya. Kalaupun dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka jumlahnya
harus diberikan dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya
terlebih dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas.
4) PH
Ph sangat
penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju
kecepatan reaksi beberapa bahan didalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk
akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya
nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk
menunjang kehidupan mereka.
Besaran pH
berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH
kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7
menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai
netral.
Fluktuasi pH
air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya
tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari
setiap “gangguan” terhadap pengubahan pH.
Dengan
demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan
tingkat kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan
lebih mudah dilakukan.
5) Karbon
Dioksida (CO2)
Karbon
dioksida dalam air pada umumnya merupakan hasil respirasi dari ikan dan
phytoplankton. Kadar CO2 lebih tinggi dari 10 ppm diketahui menunjukkan
bersifat racun bagi ikan, beberapa bukti menunjukkan bahwa karbon dioksida
berfungsi sebagai anestesi bagi ikan. Kadar karbon dioksida tinggi juga
menunjukkan lingkungan air yang asam meskipun demikian karbon dioksida
diperlukan dalam proses pem-buffer-an.
Apabila pH
dalam suatu akuarium dikendalikan, terutama, oleh sistem pem-buffer-an
karbonat, maka hubungan pH, KH dan CO2 terlaut akan merupakan hubungan yang
tetap. Dengan demikian, salah satu dari parameter tersebut dapat diatur dengan
mengatur parameter yang lain. Sebagai contoh nilai pH dapat diatur dengan
mangatur KH atau kadar CO2. Suatu sistem CO2 injektor, misalnya, dapat
digunakan untuk mengatur pH dengan cara mengatur injeksi CO2 sedemikian rupa
apabila nilai pH nya mencapai nilai tertentu. Dalam hal ini KH dibuat tetap.
CO2 digunakan oleh tanaman atau terdifusi ke atmosfer, akibatnya pH naik. Dengan
sistem otomatis seperti disebutkan sebelumnya maka sistem injeksi CO2 akan
berjalan sedemikian rupa disekitar nilai pH tertentu, untuk menjaga kadar CO2
yang memadai.
6) Salinitas
Salinitas
merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air. Dalam pengukuran
salinitas turut pula diperhitungkan komponen GH dan KH disamping bahan-bahan
terlarut lainnya seperti natrium. Informasi kadar salintas sangat penting
artinya dalam akuairum laut. Sedangkan dalam akuarium air tawar mengetahui
pH,KH dan GH sudah memadai.
Salinitas
pada umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu rasio
antara berat larutan terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Rasio ini
dihitung berdasarkan konidisi suhu 15°C. Pengukuran salinitas dalam kehidupan
sehari-hari biasanya menggunakan hydrometer, yang telah dikalibrasikan untuk
digunakan pada suhu kamar.
2.2.
Dampak Jika Ketersedian Air Mulai
Berkurang.
2.2.1 Dampak Bagi kesehatan
Parahnya masalah ketersediaan air bersih
ini menimbulkan masalah yang pelik pada sektor kesehatan. Seperti pada kasus
yang terdapat di situs www.sinarharapan.com
dikatakan bahwa pernah terjadi di Jakarta Utara, krisis air bersih
mengakibatkan tujuh bayi tewas akibat diare. Kematian tujuh bayi tersebut
berawal dari krisis air bersih. Orang tua para bayi tidak memiliki pilihan lain
dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya, kecuali dengan memanfaatkan air sumur.
Kita sangat paham dengan kondisi air sumur di Jakarta. Setidaknya ada 20-30
jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup dalam air.
Penelitian WHO mengenai penyediaan air bersih dan sanitasi dengan kesehatan,
mengemukakan beberapa penyakit lain seperti : kolera, hepatitis, polimearitis,
typoid, disentrin trachoma, scabies, malaria, yellow fever, dan penyakit
cacingan.
Di Indonesia terdapat empat dampak
kesehatan besar disebabkan oleh pengelolaan air dan sanitasi yang buruk, yakni
diare, tipus, polio dan cacingan. Hasil survei pada tahun 2006 menunjukkan
bahwa kejadiaan diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1.000
penduduk dan terjadi satu-dua kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah
lima tahun.
Data dari Direktorat Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan menyebutkan, pada tahun 2001 angka kematian
rata-rata yang diakibatkan diare adalah 23 per 100.000 penduduk, sedangkan
angka tersebut lebih tinggi pada anak-anak berusia di bawah lima tahun, yaitu
75 per 100.000 penduduk. Kematian anak berusia di bawah tiga tahun 19 per
100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya-salah satu penyebab
kematian anak (lainnya karena ISPA/infeksi saluran penapasan akut, dan
komplikasi sebelum kelahiran) -data dari Profil Kesehatan Indonesia, 2003.
Sedangkan untuk kejadian tipus di Indonesia adalah 350-810 per 100.000
penduduk. Studi klinis rumah sakit menunjukkan bahwa angka kesakitan tipus
adalah 500 per 100.000 penduduk dan laju kematian adalah 0,6%-5%. Kematian
akibat polio telah terjadi di Indonesia (di Provinsi Jawa Barat) pada seorang
anak laki-laki berusia di bawah dua tahun. Selain itu, prevalensi cacingan di
Indonesia adalah 35,3 %. Kerugian ekonomi sekitar 2,4 % dari GDP atau 13 dollar
AS per bulan per rumah tangga (studi Asian Development Bank 1998).
Penyakit yang paling sering menyerang
saat krisis air bersih melanda adalah diare. Penyakit yang juga populer dengan
nama muntah berak (muntaber) ini bisa dikatakan sebagai penyakit endemis di
Indonesia, artinya terjadi terus-menerus di semua daerah, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Diare yang disertai gejala buang air terus menerus, muntah
dan kejang perut sering dianggap bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu
pertolongan medis. Diare memang jarang sekali yang mengakibatkan kematian,
namun tidak boleh dianggap remeh. Kelangkaan air bersih dan gaya hidup yang
jorok adalah penyebab dari penyakit ini. Gaya hidup yang tidak higienis &
tidak memperhatikan sanitasi menyebabkan usus rentan terhadap serangan virus
diare. Kasus diare yang tidak cepat ditangani dapat menyebabkan dehidrasi yang
jika dibiarkan dapat berujung pada kematian. Tanda seseorang menderita diare
adalah apabila frekuensi buang air besarnya lebih sering dari normal. Kotoran
yang keluar encer dan terdiri dari banyak cairan. Dan gejala seperti ini bisa
jadi hanya gejala penyakit yang lebih parah, yakni tipus dan kanker usus.
Sebenarnya pencegahan penyakit ini sangat mudah, yakni dengan menjaga
kebersihan tubuh, makanan dan minuman. Namun bagi penduduk di mana air bersih
sangat sulit mengalir, tindakan tersebut tidak bisa dengan mudah dilakukan.
Sebenarnya ada empat intervensi yang
dapat dilakukan untuk mencegah diare, yaitu pengolahan air dan penyimpanan di
tingkat rumah tangga, melakukan praktik cuci tangan, meningkatkan sanitasi,
mengingkatkan penyediaan air. Setiap intervensi memiliki memiliki dampak yang
berbeda-beda terhadap diare. Data tahun 2006 dari Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menunjukkan bahwa:
No.
Intervensi Penurunan Angka Kejadian Diare
1
Berbagai intervensi perilaku melalui modifikasi lingkungan 94%
2
Pengolahan air yang aman dan penyimpanan di tingkat rumah tangga 39%
3
Melakukan praktik cuci tangan yang efektif 45%
4
Meningkatkan sanitasi 32%
5
Meningkatkan penyediaan air 25%
Selain diare, daerah yang terkena krisis
air bersih juga rentan terhadap penyakit kulit menular. Penyakit gatal-gatal
tersebut dikarenakan para warga yang jarang mandi karena terbatasnya pasokan
air bersih yang mereka miliki. Air bersih yang mereka miliki hanya cukup
digunakan untuk kebutuhan dapur.
30
Penyakit Ini Akibat Krisis Air Bersih
Jangan pernah memandang remeh air. Kelebihan membuat banjir,
kekurangan pun bikin sengsara. Jebolnya tanggul air di Buaran, Jakarta Timur,
membuat beberapa tempat di Jakarta kekurangan air bersih. Di Petamburan,
Jakarta Pusat, warga bersitegang satu sama lain karena berebut air bersih yang
dipasok pemerintah daerah.
Selain air, tentu masyarakat perlu mewaspadai beberapa
penyakit yang timbul karena kekurangan air bersih. Tanpa akses air minum yang
bersih, menurut organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO), 3.800 anak
meninggal tiap hari oleh penyakit. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 2
miliar manusia per hari terkena dampak kekurangan air di 40 negara, dan 1,1
miliar tak mendapat air yang memadai.
Di Indonesia, 119 juta rakyat belum memiliki akses
terhadap air bersih. Baru 20 persen, itu pun kebanyakan di daerah perkotaan,
sedangkan 82 persen rakyat Indonesia mengkonsumsi air yang tak layak untuk
kesehatan. Menurut badan dunia yang mengatur soal air, World Water Assessment
Programme, krisis air memberi dampak yang mengenaskan: membangkitkan epidemi
penyakit.
Enam puluh persen sungai di Indonesia tercemar, mulai
bahan organik sampai bakteri coliform dan Fecal coli penyebab diare.
Menurut data Kementerian kesehatan, dari 5.798 kasus diare, 94 orang meninggal.
Jakarta dialiri 13 sungai, sayangnya menurut badan pengendalian lingkungan
hidup DKI Jakarta 13 sungai di Jakarta itu sudah tercemar bakteri Escherichia
coli, bakteri dari sampah organik dan tinja manusia.
Sungai Ciliwung termasuk yang paling besar tercemar
bakteri E. coli, kadar pencemaran mencapai 1,6-3 juta individu per 100 cc,
padahal standar baku mutunya 2.000 individu per 100 cc. Dari situ ada 20-30
jenis penyakit yang bisa timbul akibat mikroorganisme di dalam air yang tidak
bersih. Bakteri yang sama juga mencemari 70 persen tanah di Ibu Kota yang juga
berpotensi mencemari sumber air tanah.
Padahal kebutuhan air bersih orang di Jakarta setiap
hari diperkirakan 175 liter air per orang. Dan untuk 9 juta penduduk,
diperlukan 1,5 juta meter kubik per hari. Perusahaan air minum baru bisa
memenuhi kebutuhan 52 persen lebih, itu pun kalau tidak ada masalah.
Menurut penelitian WHO, penyakit yang timbul akibat
krisis air antara lain kolera, hepatitis, polymearitis, typoid, disentrin
trachoma, scabies, malaria, yellow fever, dan penyakit cacingan.
Di Indonesia, 423 per 1.000 penduduk semua usia kena
diare, dan setahun dua kali diare menyerang anak di bawah 5 tahun. Diare yang
disertai muntah sering disebut muntah-berak (muntaber), gejalanya biasanya
buang air terus-menerus, muntah, dan kejang perut. Jika tak bisa diatasi dengan
gaya hidup sehat dan lingkungan yang bersih, bisa lebih jauh terkena tifus dan
kanker usus, yang tak jarang menyebabkan kematian.
Menurut dokter ahli penyakit lambung (gastroenterolog)
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Ari Fahrial Syam, terbatasnya air
bersih akan berdampak pada masalah kesehatan masyarakat. Sebab, masyarakat
membutuhkan air bersih untuk mandi, mencuci, dan buang air. “Keterbatasan air
bisa membuat masyarakat mengabaikan masalah kesehatan,” ujarnya.
Terbatasnya air bersih juga akan mengganggu kebersihan
lingkungan. Sebagian masyarakat menunda mandi atau mandi sekadarnya, serta
keadaan sekitar relatif lebih kotor dan menimbulkan banyak lalat.
Maka makanan dan minuman akan mudah dihinggapi lalat.
Karena itu, menurut dokter Ari, masyarakat dan pemerintah harus mengantisipasi
penyakit yang muncul. “Penyakit kulit dan diare sangat potensial meningkat
karena keterbatasan air bersih,” kata dia.
Dokter Ari menyebutkan, hasil berbagai penelitian
menunjukkan terbatasnya air bersih merupakan salah satu faktor utama penyebab
meningkatnya kejadian diare. Karena itu, kasus diare ini harus diantisipasi
oleh pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di lokasi yang mengalami krisis air
bersih. Ari menyarankan, jika masyarakat mengalami diare, hendaknya
mengkonsumsi lebih banyak cairan dan elektrolit. Gunanya untuk mencegah kondisi
kekurangan cairan dan elektrolit yang lebih parah serta berujung pada
komplikasi lanjut. “Seperti gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan kematian,”
ucapnya.
Selain diare, penyakit kulit karena jamur berpotensi
muncul. Di negara tropis seperti Indonesia, menurut dokter, infeksi jamur cukup
tinggi. Apalagi dalam kondisi air bersih terbatas. Kulit mudah berkeringat,
lembap, terutama di daerah lipatan kulit. Untuk menghindari infeksi jamur, Ari
menyarankan tetap mandi dan membersihkan daerah lipatan kulit dan menggunakan
pakaian yang bersih.
2.2.2 Dampak Bagi Ekonomi
Krisis air bersih memberikan dampak pada
bidang ekonomi. Sekitar 65 persen penduduk Indonesia menetap di pulau jawa yang
luasnya hanya tujuh persen dari seluruh luas daratan Indonesia sementara
potensi air yang dimiliki hanyalah 4,5 persen dari total potensi air di
Indonesia. Dalam dua dasawarsa berikutnya diperkirakan air yang dipergunakan
manusia akan meningkat 40 persen dan 17 persen lebih pasokan air dipergunakan
untuk meningkatkan pangan dan populasi. Disisi lain kondisi sumber-sumber air
semakin parah, khususnya di negara-negara miskin karena masalah pencemaran dan
limbah. Oleh karena itu telah diserukan investasi dalam pengadaan air oleh AS
dan membiarkan sektor swasta untuk menyediakan air atau privatisasi air.
Permasalahan privatisasi air di
Indonesia sekarang menjadi lebih rumit karena hampir semua Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) saat ini dalam kondisi tidak mampu membayar utang-utangnya.
Dalam situasi seperti inilah, maka privatisasi air seolah-olah merupakan obat
mujarab untuk membereskan masalah air bersih. Sekarang ini UU RI No.7 Tahun
2004 tentang sumber daya air yang didalamnya mengandung semangat privatisasi
pengelolaan air telah disahkan. Pemerintah Daerah diminta mengupayakan sendiri
pembiayaan pengelolaan air tersebut, atau dengan jalan mencari investor.
Di Jakarta, 95 persen saham perusahaan
pengelolaan air minum dimiliki dua perusahaan asing, RWE Thames dari Inggris
dan Ondeo Suez asal Perancis. Di daerah lain pun sejumlah perusahaan besar
dunia di sektor air telah beroperasi. Misalnya, Biwater di Batam dan Palembang;
Ondo Suez di Medan, Semarang, dan Tangerang; Thames Water di Sidoarjo; dan
Vivendi yang juga beroperasi di Sidoarjo. Pemberlukan UU Nomor 7 Tahun 2004 dimana
sektor swasta diperbolehkan untuk mengelola sumber daya air di Indonesia
dianggap pemerintah sebagai solusi untuk pengelolaan sumber daya air. dengan
harapan jika masyarakat diberi nilai air secara ekonomis tinggi, maka
perlakukan masyarakat terhadap air menjadi berbeda: lebih hemat, menjaga dan
mensyukuri.
Sebenarnya, privatisasi tersebut akan
membuat akses masyarakat terhadap air menjadi terbatas dan mahal. Karena
seluruh biaya pengelolaan dan perawatan jaringan air dan sumber air lainnya
bergantung semata pada pemakai dalam bentuk tarif. Sebenarnya dengan komersialisasi
air, mereka yang memiliki uang paling banyaklah yang akan mendapat air paling
banyak. Masyarakat miskin yang tidak punya uang justru makin sulit mendapat air
sehingga banyak orang yang tidak mampu mendapat air sehat untuk minum. Contoh
kasus yang terjadi di Jakarta Utara menurut pengakuan seorang warga yang
dikutip dari www.kompas.com
mengatakan bahwa ”Uang yang semula disimpan untuk belanja kebutuhan lain,
seperti beras dan minyak tanah, diambil buat membeli air. Kami terbebani.”
2.3
Cara-Cara Menjaga
Kelestarian Air
Setiap mahluk hidup memerlukan air, bahkan pada manusia komponen terbesar
penyusun tubuh adalah 80% air. Manusia memerlukan air bersih untuk dikonsumsi.
Hewan memerlukan air untuk mandi dan minum. Tumbuhan memerlukan air untuk
pertumbuhan dan kesuburannya.
Kelestarian
air dapat dijaga dengan cara antara lain:
1) tidak membuang sampah di sungai atau saluran air
2) melakukan kegiatan penghijauan atau penanaman pohon
3) menggunakan air sesuai kebutuhan
4) air bekas cucian dan mandi diusahakan tidak langsung meresap ke dalam tanah,
namun dialirkan ke saluran pembuangan
Air,
tak bisa ditawar-tawar lagi, merupakan kebutuhan primer bagi semua makhluk
hidup. Ketiadaan air, khususnya air bersih, akan menimbulkan bencana dalam
kehidupan. Oleh karena itu, sebelum terjadi krisis air bersih, seyogianya
masyarakat menjaga kelestarian air.
Banyak cara yang bisa dilakukan demi melestarikan air bersih. Cara itu
bisa dimulai dari hal-hal sederhana dan dari diri sendiri, semisal menghemat
penggunaan air. Untuk menghemat air, masyarakat hendaknya menampung air kucuran
keran atau air bekas wudu ke dalam wadah seperti baskom atau ember. Dengan
demikian, air sisa pakai itu bisa digunakan kembali untuk menyiram tanaman atau
mencuci kendaraan bermotor.
Cara lain yang juga bisa ditempuh dalam rangka menyediakan pasokan air
ialah membuat lubang resapan biopori. Biopori merupakan lubang-lubang di dalam
tanah yang terbentuk karena aktivitas berbagai organisme di dalamnya, seperti
cacing, rayap, atau hewan tanah lainnya.
Lubang-lubang
itu akan terisi udara dan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Adanya
lubang resapan biopori juga bisa menambah luas bidang resapan air. Alhasil,
pasokan air pun akan lebih terjaga. Lubang-lubang biopori biasanya dibuat di
sekitar lingkungan permukiman warga. Proses pembuatannya terbilang mudah.
Sebagai langkah awal dibuat lubang dengan diameter 10 sampai 30 sentimeter (cm)
dan panjang 30 sampai 100 cm.
Lubang-lubang
itu kemudian ditutupi sampah organik yang berfungsi menjebak air yang mengalir
di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bawah tanah. Untuk
membuat lubang atau sumur biopori digunakan bor tanah yang di pasaran harganya
200 ribu rupiah hingga 300 ribu rupiah.
Selain biopori, ada pula inovasi lainnya yang bisa diaplikasikan untuk
menjaga pasokan air bersih. Peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) tengah merancang teknologi imbuhan buatan terhadap sumur
resapan dalam.
Teddy Wartono Sudinda, peneliti BPPT, mengatakan pihaknya menggunakan
teknik imbuhan buatan (artifwial recharge) pada sumur resapan agar bisa
menampung air hujan dan limpasan (sisa air wudu dan pendingin ruangan). Teddy
mengestimasikan sisa air wudu yang bisa ditampung mencapai lima meter kubik per
hari, sedangkan air sisa mesin pendingin mencapai 1,8 meter kubik per hari.
Menurutnya, sumur resapan itu bermanfaat menyimpan cadangan air yang bisa
digunakan pada waktu-waktu tertentu. Dengan mengaplikasikan teknologi
artificial recharge,
air sisaan atau limpasan tidak akan terbuang percuma, sebab air tersebut bisa diolah menjadi air bersih. Caranya dengan merekayasa kandungan kimiawi, fisika, dan biologi air limpasan sesuai dengan standar baku air bersih.
air sisaan atau limpasan tidak akan terbuang percuma, sebab air tersebut bisa diolah menjadi air bersih. Caranya dengan merekayasa kandungan kimiawi, fisika, dan biologi air limpasan sesuai dengan standar baku air bersih.
Saat ini, BPPT telah membuat proyek percontohan sumur resapan itu yang
ditempatkan di dekat area parkir Gedung 2 BPPT di Ialan MH Thamrin, Jakarta
Pusat. Agar air yang ditampung jumlahnya maksimal, sumur dibuat dengan
kedalaman 193 meter dan tinggi permukaan air tanah sekitar 21 meter. Sumur itu
memiliki kemampuan meresap air lebih dari dua meter kubik per jam.
Dengan adanya sumur resapan, air limpasan akan masuk ke sumur melalui
pipa air. Untuk membuat satu sumur resapan tersebut, BPPT mengestimasikan biaya
yang dikeluarkan sekitar 40 juta hingga 60 juta rupiah
BAB III
PENUTUP
Demikian materi yang dapat kami jelaskan secara umum mengenai
materi ”Krisis Air Bersih”, setelah
menyadari akan segala kebodohan ini, kita yang masih dianugerahi akan pikiran
ini seharusnya dapat berubah. Kita harus berubah, mencoba berpikir dengan
segala potensi akal sehat yang kita miliki untuk dapat berbuat demi
menyelamatkan kelangsungan kelestarian air di muka bumi ini.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan antara
lain :
1. Menghemat penggunaan air bersih.
2. Membuang sampah pada tempatnya.
3. Mengadakan pengolahan limbah secara benar.
4. Menjalankan reboisasi agar hutan tetap terjaga
kelestariannya.
5. Mencegah penebangan pohon secara liar.
6. Mengadakan sosialisasi tentang betapa pentingnya
peranan air dalam kehidupan umat manusia.
7. Menghapus sistem penambangan secara liar tanpa
mempertimbangkan keseimbangan ekosistem.
8. Membersihkan daerah sumber-sumber air bersih dari
segala sampah.
9. Menciptakan suatu lingkungan yang asri, dengan di mulai
dari lingkungan rumah kita sendiri.
10. Menjaga stabilitas ketersediaan air bersih di dalam
tanah.
Untuk itu, lakukanlah perubahan sekecil apapun sejak dini
demi kelangsungan hidup anak cucu kita di masa depan.
Demikian materi yang dapat kami jelaskan secara umum
mengenai materi “Krisis Air Bersih”, dan permasalahan tersebut sudah kami
sertakan dengan bagaimana cara menjaga kelestarian air bersih itu sendiri serta
akibat-akibat jika ketersediaan air mulai berkurang.
Dalam setiap pembuatan makalah tentunya tidak ada
kesempurnaan yang mana setiap makalah pastinya memilki kelebihan dan kekurangan,
yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan yang membantu
kami dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu kami berharap kepada para pembaca untuk dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami selaku penulis untuk
kesempurnaan makalah ini dan penulisan makalah-makalah di kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami dan khususnya
juga bagi para yang membacanya dalam kehidupan sehari-hari.
untuk rangkumannya dapat di lihat di link ini rangkuman krisis air bersih
0 comments:
Post a Comment